Modernisme dan Postmodernisme : Pengaruhnya Terhadap Dunia Desain
Modernisme Dalam Perspektif Desain
Pada abad XI muncul sebuah istilah baru dalam bahasa latin yaitu opus modernum. Istilah ini dimunculkan oleh seorang kepala biarawan, Suger, yang merekonstruksi Basillika St. Denis di Paris. Gagasan arsitekturalnya ini menghasilkan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sesuatu yang bukan Yunani, bukan Romawi, dan bukan Romanesque. Sehingga Suger kemudian menyebutnya opus modernum. Sebuah karya modern. (Richard Appignanesi, 1997, hal. 6)
Ketika ada yang menanyakan sejak kapan kita modern, maka sejak itulah kita modern. Secara harfiah, modern berasal dari kata latin modo, yang berarti “barusan”. Modern akan menghasilkan suatu paham modernisme. Lahirnya paham modernisme dipengaruhi oleh faktor :
Paham modern sangat besar pengaruhnya pada perkembangan dan style desain di dunia. Sebagai contoh, kita melihat modernisme dari sudut pandang desain interior. Dalam buku Modern Interior Design (Jie, 2006), ia mendeskripsikan modernisme melalui karya – karyanya, yaitu :
Modern sangat berhubungan dengan segala hal yang berbau massal. Melalui proses mekanisasi, modern akan menghasilkan berbagai produk yang akan diproduksi secara massal. Dengan adanya penemuan mesin cetak, maka buku – buku dan kitab suci dicetak secara massal dan didistribusikan secara cepat. Dalam era modern, media juga sangat sangat berkembang pesat akibat dari penemuan mesin cetak. Penyampaian informasi juga lebih cepat dan informatif karena memiliki output yaitu hasil cetakan.
Modern sangat erat kaitannya dengan revolusi industri. Pada masa itu muncul penemuan – penemuan baru seperti mesin cetak dan sebagainya. Hal ini mendorong orang untuk membuka pabrik dan menciptakan industrialisasi. Sehingga akan muncul golongan – golongan di masyarakat seperti golongan pekerja, golongan pemilik pabrik dan sebagainya. Impilikasi lainnya adalah akan timbul golongan kaya dan miskin. Hal ini kemudian berdampak pada produk yang dipakai masyarakat. Contohnya, perbedaan antara piring bangsawan / orang kaya dengan piring rakyat bisasa / golongan pekerja. Pring orang – rang kaya didesain sedemikian rupa dengan tambahan bordir atau ukiran di pinggirnya. Dan ini sangat jauh berbeda dengan apa yang digunakan oleh para pekerja. Ini menimbulkan stereotype bahwa seni dan desain itu hanya milik orang – orang berkelas. Hal ini memunculkan suatu statement bahwa modernism menampilkan suatu desain sebagai suatu industri. Desain merupakan suatu kreasi dari sebuah benda fungsional yang diproduksi secara massal.
Fotografi dan lukisan juga bukan menjadi barang yang eksklusif lagi namun menjadi barang yang populer di masyarakat. Hal ini terjadi karena semuanya kini telah dicetak menggunakan mesin dan dapat diproduksi secara massal. Para pelukis hanya perlu melukis satu kali dan ia dapat memperbanyaknya dengan cara dicetak. Reproduksi massal ini dapat menghapuskan aura dari seni orisinal. Kemungkinan mereproduksi seni orisinal secara mekanis tentunya mempunyai efek yang menghancurkan orisinalitas itu sendiri (Richard Appignanesi, 1997, hal. 18).
Modern juga melahirkan budaya dan seni pop. Pop merupakan kependekan dari populer yang artinya semua orang tahu dan menggemarinya. Menurut sejarah, seni pop dunia berakar dari gerakan dadaisme di Eropa pada tahun 1916. Gerakan ini merupakan gerakan anti seni yang melakukan pemberontakan terhadap kaidah – kaidah seni yang telah mapan dengan jalan menciptakan lecehan dan gebrakan baru yang tidak terikat lagi oleh unsur formal yang dragmatis.
Lukisan tidak lagi terikat dengan bingkai dan cat namun dapat menggunakan apa saja. Sebuah patung tidak hanya menampilkan figur – figur tetapi juga barang – barang yang disusun menjadi sebuah patung (Sachari, 1986, hal. 128). Hal ini merupakan titik baru munculnya sebuah paham baru yaitu postmodernisme.
Pada abad XI muncul sebuah istilah baru dalam bahasa latin yaitu opus modernum. Istilah ini dimunculkan oleh seorang kepala biarawan, Suger, yang merekonstruksi Basillika St. Denis di Paris. Gagasan arsitekturalnya ini menghasilkan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sesuatu yang bukan Yunani, bukan Romawi, dan bukan Romanesque. Sehingga Suger kemudian menyebutnya opus modernum. Sebuah karya modern. (Richard Appignanesi, 1997, hal. 6)
Ketika ada yang menanyakan sejak kapan kita modern, maka sejak itulah kita modern. Secara harfiah, modern berasal dari kata latin modo, yang berarti “barusan”. Modern akan menghasilkan suatu paham modernisme. Lahirnya paham modernisme dipengaruhi oleh faktor :
- Ilmu Pengetahuan Sosial
- Teknologi
- Organisasi Kerja
- Bersifat Emansipatoris
- Rasional
- Absolut dalam Ide
- Bersifat Linear
- Reaktif terhadap sains dan teknologi
- Sangat kaku, tidak ada ekspresi diri
Bagan 1. Kedudukan Desain Modern
Jika kita lihat dari segi produktif infrastruktural, modernisme
dimulai pada tahun 1890-an dan 1900-an. Ketika itulah terjadi inovasi
teknologi massal, gelombang pasang kedua dari revolusi industri yang
dimulai hampir seabad yang (Richard Appignanesi, 1997, hal. 11). Pada
masa itu muncul teknologi baru, salah satunya adalah pembakaran integral
dan mesin diesel, generator serta turbin uap elektrik. Selain itu
periklan juga semakin mencuat ke permukaan dan adanya sirkulasi massal
surat kabar serta penemuan gramofon (1877).Paham modern sangat besar pengaruhnya pada perkembangan dan style desain di dunia. Sebagai contoh, kita melihat modernisme dari sudut pandang desain interior. Dalam buku Modern Interior Design (Jie, 2006), ia mendeskripsikan modernisme melalui karya – karyanya, yaitu :
- Modern Urban
- Modern Oriental
- Modern Pop
- Modern Minimalist
- Modern Natural
- Modern Kontemporer
Modern sangat berhubungan dengan segala hal yang berbau massal. Melalui proses mekanisasi, modern akan menghasilkan berbagai produk yang akan diproduksi secara massal. Dengan adanya penemuan mesin cetak, maka buku – buku dan kitab suci dicetak secara massal dan didistribusikan secara cepat. Dalam era modern, media juga sangat sangat berkembang pesat akibat dari penemuan mesin cetak. Penyampaian informasi juga lebih cepat dan informatif karena memiliki output yaitu hasil cetakan.
Modern sangat erat kaitannya dengan revolusi industri. Pada masa itu muncul penemuan – penemuan baru seperti mesin cetak dan sebagainya. Hal ini mendorong orang untuk membuka pabrik dan menciptakan industrialisasi. Sehingga akan muncul golongan – golongan di masyarakat seperti golongan pekerja, golongan pemilik pabrik dan sebagainya. Impilikasi lainnya adalah akan timbul golongan kaya dan miskin. Hal ini kemudian berdampak pada produk yang dipakai masyarakat. Contohnya, perbedaan antara piring bangsawan / orang kaya dengan piring rakyat bisasa / golongan pekerja. Pring orang – rang kaya didesain sedemikian rupa dengan tambahan bordir atau ukiran di pinggirnya. Dan ini sangat jauh berbeda dengan apa yang digunakan oleh para pekerja. Ini menimbulkan stereotype bahwa seni dan desain itu hanya milik orang – orang berkelas. Hal ini memunculkan suatu statement bahwa modernism menampilkan suatu desain sebagai suatu industri. Desain merupakan suatu kreasi dari sebuah benda fungsional yang diproduksi secara massal.
Fotografi dan lukisan juga bukan menjadi barang yang eksklusif lagi namun menjadi barang yang populer di masyarakat. Hal ini terjadi karena semuanya kini telah dicetak menggunakan mesin dan dapat diproduksi secara massal. Para pelukis hanya perlu melukis satu kali dan ia dapat memperbanyaknya dengan cara dicetak. Reproduksi massal ini dapat menghapuskan aura dari seni orisinal. Kemungkinan mereproduksi seni orisinal secara mekanis tentunya mempunyai efek yang menghancurkan orisinalitas itu sendiri (Richard Appignanesi, 1997, hal. 18).
Modern juga melahirkan budaya dan seni pop. Pop merupakan kependekan dari populer yang artinya semua orang tahu dan menggemarinya. Menurut sejarah, seni pop dunia berakar dari gerakan dadaisme di Eropa pada tahun 1916. Gerakan ini merupakan gerakan anti seni yang melakukan pemberontakan terhadap kaidah – kaidah seni yang telah mapan dengan jalan menciptakan lecehan dan gebrakan baru yang tidak terikat lagi oleh unsur formal yang dragmatis.
Lukisan tidak lagi terikat dengan bingkai dan cat namun dapat menggunakan apa saja. Sebuah patung tidak hanya menampilkan figur – figur tetapi juga barang – barang yang disusun menjadi sebuah patung (Sachari, 1986, hal. 128). Hal ini merupakan titik baru munculnya sebuah paham baru yaitu postmodernisme.